Rabu, 31 Oktober 2012

Cerpen : Dari Angkot Hingga Rally

07.35


Halo Semua! Hari ini saya akan ngeshare cerpen yang saya buat sendiri tentang perjalanan hidup seorang yang hobi/sangat menyukai otomotif dan dia bisa berhasil dengan hobi yang ia jalani. Langsung baca aja deh, CEKIDOT!

  Dari Angkot Hingga Rally
Karya : Mahendra Wicaksono


“Brem…brem…brem” terdengar suara mobil rally. Amatar seorang pembalap muda yang cukup handal dalam mengendarai mobil rally kesayangannya dengan semangat menginjak pedal gasnya. “Hari ini, hari pertamaku dalam mengikuti kejuaraan rally professional, aku harus menunjukkan keahlianku pada perally professional lainnya agar mereka tidak meremehkanku” rasa bangga dan penuh semangat Amatar dalam hati. Amatar juga sangat bangga karena seluruh keluarga dan timnya mendukung Amatar sepenuhnya untuk mengikuti kejuaraan itu.
Namun, perjalanan Amatar menuju kejuaraan itu bukan suatu perjalanan yang mudah tanpa hambatan seperti langit yang cerah. Perjalanan Amatar bagaikan jalanan berkelok-kelok dan berlubang. Satu tahun sebelum kejuaraan itu dimulai, Amatar masih menjadi sopir mobil angkot yang senang kebut-kebutan. Amatar lebih memilih menjadi sopir angkot karena Amatar sangat senang dengan otomotif terutama mobil. Mobil Amatar tidak seperti mobil angkot yang lainnya, mobil Amatar sudah dimodifikasi besar-besaran, mulai dari interior sampai eksterior. Hasil modifikasi mobil Amatar bagaikan modifikasi mobil balap. Selain itu, Amatar juga memiliki alasan lain yaitu, Amatar tidak memerlukan biaya yang besar untuk modifikasi, dan bisa menyalurkan hobi sambil mendapatkan uang.
“Dum dum dum dum dum” suara speaker semakin mengeras. “Ciiiiiiiiiiit” Amatar ngerem mendadak. “Ada apa, Mas? Kenapa ngerem mendadak?” tanya salah satu penumpang dengan nada tinggi. “….” Amatar diam saja. “Breeeeeeemmmmmm” Amatar kembali menginjak pedal gasnya dengan cepat. Seketika mobil yang dikendarai Amatar melaju dengan kecepatan tinggi di keramaian kota. Tidak lama itu, saat Amatar melintasi jalan merdeka terlihat dari kejauhan sedang diadakan razia. “Aduh, Bagaimana ini?” pikir Amatar gelisah. “Jalan pelan-pelan sajalah” pikir Amatar lagi. Setelah jalan dengan pelan, akhirnya Amatar selamat dari incaran sang polisi. Sang penerang hari pun mulai pergi dari pandangan mata dan tergantikan oleh gelapnya malam. Seketika itu pula Amatar pulang kerumah lalu beristirahat.
“Huh, sepertinya selama 1 bulan ini aku sangat beruntung, sudah 5 kali razia yang dilakukan polisi aku selalu lolos” ucapan Amatar. Namun, keberuntungan Amatar hanya berlaku di bulan lalu. Di bulan ini, Amatar tidak beruntung karena Amatar tertangkap sedang kebut-kebutan tepat di tikungan sebelum jalan merdeka yang menjadi tempat Amatar kebut-kebutan. “Stooooop” teriak pak polisi. “Ciiiiiit” bunyi ban mobil Amatar yang direm mendadak. “Ada apa, Pak?” tanya Amatar. “Bisa dilihat surat-surat kendaraannya?” pinta polisi. Amatar membuka laci mobilnya dan mengambil kotak kecil tempat Amatar menyimpan surat-surat kendaraannya. “Ini Pak!” Amatar menyerahkan surat-suratnya. Ketika polisi itu melihat surat-surat mobil Amatar, “Simnya mana?” polisi itu bertanya. “Sim?” Amatar heran. “Iya, simnya mana?” tanya polisi. “Bukannya ada disitu, Pak?” jawab Amatar. “Tidak ada, cepat ke pos untuk melanjutkan proses atau ….” trik polisi itu keluar. “Atau apa, Pak?” Amatar penasaran. “Hmmmm, pasti kamu tahu” jawab polisi. Amatar berpikir sejenak “Ooo, bapak mau saya kasih uang? Tapi itu sama saja pemerasan? Dan itu tidak baik, Pak!” jawab Amatar. “Baiklah kalau kamu tidak mau, saya akan menyita mobilmu” polisi mulai memeras. “Apa? Disita, Pak?” Amatar sedikit takut. “Iya, disita. Kalau tidak mau ya harus ….” Polisi memeras lagi. Dengan rasa terpaksa akhirnya Amatar merogoh kantongnya dan memberikan uangnya “Ini, Pak!”. “Terima kasih atas kerja samanya, sekarang anda boleh pergi” ucap polisi. Amatar langsung pergi dengan keadaan mobil yang kosong karena penumpang sudah turun saat mobilnya di berhentikan polisi.

Ketika cahaya berwarna merah kuning menampakkan dirinya, ada seseorang yang naik angkot Amatar dan duduk di sebelah Amatar. “Sepertinya aku pernah lihat muka orang ini tapi, siapa ya?” Amatar berusaha mengingat. “Biarkan sajalah, bisa saja iya bisa juga bukan” Amatar berhenti berpikir. Amatar menjalankan mobilnya seperti biasa yaitu ngebut seperti cheetah. “Wuis” ucap orang itu. Terdengar oleh Amatar lalu dijawabnya “Ada apa, Pak?”. “Kamu sudah biasa kebut-kebutan seperti ini?” tanya orang itu. “Bukan lagi biasa tapi, sudah kebiasaan dan setiap hari saya kebut-kebutan seperti ini” jawab Amatar. “Pernah nabrak?” tanya orang itu seperti menginterogasi. “Alhamdulillah belum pernah, Pak!” jawab Amatar polos. “Sudah berapa lama jadi sopir angkot?” tanya orang itu lagi. “Sudah 1 tahun, Pak!” jawab Amatar lagi. “Hmmm, bisa dibilang kamu ini masih baru ya mengendarai mobil?” orang itu penasaran. “Kalau mengendarai mobil sih sudah lama, sekitar 4 tahunan” jawab Amatar. “Stop” kata orang itu. Mobil Amatar pun berhenti. “Ini kartu nama saya, kalau kamu berminat untuk datang ke bengkel saya, silahkan saja dan kebetulan saya sedang mencari orang yang berpotensi untuk menjadi pembalap rally di tim rally saya” pinta orang itu. “Serius, Pak? Baiklah kalau begitu, Pak ….” Amatar belum selesai bicara orang itu langsung menyerobot “Pak Toreto.”
“Oh ya, Pak Toreto” Amatar membenarkan panggilan orang itu. 
“Sampai jumpa di bengkel saya” ucap Pak Toreto.

Satu bulan kemudian, Amatar teringat tawaran yang ditawarkan oleh Pak Toreto lalu Amatar langsung menuju bengkel Pak Toreto. Sesampainya di sana, Amatar terpukau dengan suku cadang-suku cadang yang dipajang di bengkel itu. Terlihat dari kejauhan Pak Toreto sedang berjalan di depan kasir. Amatar langsung mengejar Pak Toreto dan berteriak “Pak!” Pak Toreto menolehkan kepala dan berkata “Maaf, kamu siapa, Ya?” Amatar memperkenalkan diri “Saya Amatar, Pak! Sopir angkot yang waktu itu, Pak!” 
“Oh ya, saya ingat, sopir angkot yang kebut-kebutan kan?” ingat Pak Toreto.
“Iya, Pak!” jawab Amatar.

“Baiklah, ayo ikut saya” Pak toreto mengajak Amatar ke sebuah ruangan yang biasanya dipakai untuk memodifikasi mobil rally. Ternyata disana ada satu buah mobil yang tidak terpakai tapi masih bagus dan bisa digunakan. “Ini kuncinya” melemparkan kunci ke arah Amatar. “Kunci? Mobil Rally?” tangan Amatar agak gemetar karena tidak percaya dengan apa yang Amatar pegang. “Iya, itu kunci mobilnya. Besok saya akan mengajari kamu mengendarai mobil rally yang baik dan benar, tidak asal ngebut seperti saat kamu mengendarai angkot. “ Jadi? Ini beneran, Pak?” tanya Amatar masih tidak percaya. “Iya, saya melihat kamu berpotensi menjadi pembalap daripada menjadi sopir angkot yang kebut-kebutan tidak jelas, kita akan latihan mulai besok, ok?” Pak Toreto membenarkan. “Baik, Pak!” Setelah mendapatkan kunci mobil itu, Amatar pulang ke rumah dan memberitahukan informasi ini kepada keluarganya.

Tak terasa, 6 bulan latihan dengan Pak Toreto serasa seperti tidur di satu malam dengan mimpi yang sangat indah. Selama 6 bulan latihan, Amatar menemui banyak sekali hambatan yang membuatnya sering putus asa, untungnya ada Pak Toreto yang memberikan motivasi kepada Amatar sehingga Amatar tidak putus asa lagi dan mempunyai tekad yang kuat. Setelah latihan 6 bulan itu, Pak Toreto sangat mempercayai kemampuan berkendara Amatar, sampai-sampai Pak Toreto mendaftarkan Amatar di kejuaraan rally amatir. Selama 2 bulan kejuaraan itu berlangsung, Amatar banyak mencetak rekor-rekor baru dan hampir memenangi seluruh seri pertandingan, hanya 1 dari 5 seri yang tidak Amatar menangkan karena kondisinya yang tidak fit. Akhirnya Amatar memenangi kejuaraan rally amatir itu. Dengan kemenangan itu dan rekor-rekor yang Amatar cetak, Pak Toreto yakin kalau Amatar sudah bisa diikutsertakan di kejuaraan rally professional. Tidak lama kemudian, Pak Toreto mendaftarkan Amatar sebagai perally dari tim Toreto’s Sports miliknya. Pak Toreto mendaftarkan Amatar untuk kejuaraan selanjutnya yang akan dimulai 2 bulan lagi. “Kejuaraan selanjutnya akan dimulai 2 bulan lagi, 2 bulan bukan waktu yang lama, tapi kamu harus berlatih lebih giat agar kamu tidak tenggelam oleh perally professional yang jadi musuhmu nanti. Kamu siap?” jelas Pak Toreto kepada Amatar. “Baik, Pak! Saya akan berlatih lebih giat lagi” balas Amatar. Dengan rasa lemah, dan letih di seluruh badan serasa bumi mau hancur dengan guncangannya yang dahsyat, Amatar pulang kerumah dan memberitahu keluarganya bahwa dia akan ikut kejuaraan rally professional. Keluarga Amatar sangat mendukung kegiatan yang ingin dilakukan oleh Amatar.

Sudah 2 bulan berlalu semenjak Amatar didaftarkan di kejuaraan rally professional. “Hari ini, hari pertamaku dalam mengikuti kejuaraan rally professional, aku harus menunjukkan keahlianku yang sudah aku asah selama kurang lebih 10 bulan ini pada perally professional lainnya agar mereka tidak meremehkanku dan Hari ini ialah hari di mana aku bisa mengendarai mobil balap di kejuaraan resmi dan memiliki keluarga dan tim yang mempercayai aku sepenuhnya” ungkapan rasa bangga dan penuh semangat Amatar dalam hati. 

Bukan hanya di kejuaraan rally amatir Amatar bisa mencetak rekor namun, di kejuaraan rally professional Amatar juga bisa mencetak rekor. Buktinya dari waktu yang didapatkan oleh Amatar di seri ke-3, 4, dan 5, Amatar berhasil menenggelamkan rekor yang pernah dicetak oleh perally professional sebelumnya dan Amatar diberi julukan ‘Amatir si penenggelam Professional’ karena baru Amatar perally amatir pertama yang bisa mencetak rekor di 3 seri rally professional secara berturut-turut. “Hampir 1 musim kejuaraan ini berlangsung tapi, aku tidak berhasil mencapai peringkat 1 dalam kejuaraan rally ini, Pak! Maafkan saya” sesal Amatar. “Tidak apa-apa. Menjadi seorang yang professional itu bukan proses yang satu kali jadi, tapi membutuhkan proses dan pengalaman yang banyak” tegas Pak Toreto. 

Saat seri terakhir selesai digelar, seluruh keluarga Amatar mendatangi pit stop tim Toreto’s Sports  dan mengucapkan selamat atas keberhasilannya dan selamat datang kepada Toreto. Di waktu yang bersamaan Amatar datang dengan mobil rallynya. Awalnya Amatar heran melihat Toreto berbicara dan berpelukan dengan ayah dan ibu seperti orang yang sudah lama kenal. “Loh, Ibu dan Ayah kenal dengan Pak Toreto?” tanya Amatar heran. “Sebenarnya … ada rahasia yang Ayah dan Ibu sembunyikan dari kamu, Nak!” jawab ayah. “Rahasia apa, Yah?” tanya Amatar ingin tahu. “Sebenarnya, Toreto itu adalah kakakmu, Nak!” Jawab ayah terbata-bata dan agak canggung. “Apakah itu benar, Bu?” Amatar masih belum percaya. “Itu benar, Nak!” jawab ibu lancar. “Berarti yang selama ini baik denganku, melatihku adalah kakakku?” masih tidak menyangka. “Benar, aku adalah kakakmu, Dik!” jawab Toreto. “Tapi, kenapa kalian lakukan ini?” tanya Amatar. “Kami melakukan hal ini karena kami ingin kau mencoba menghormati orang lain, lebih disiplin, dan menyalurkan hobi menjadi suatu pekerjaan dengan sendiri tanpa campur tangan orang tua, walaupun dibantu oleh kakakmu, Toreto” jelas Ayah dan Ibu.

TAMAT

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 komentar:

Posting Komentar

 

© 2013 ~__|HSGC|__~. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top